atau mengejar atau mencari

Thursday 23 December 2010

Seiyanya, kita mendapatkan kebahagiaan dalam hidup. Tetapi kebahagiaan mana? Kita mengetahui kebahagiaan tiap orang berbeda. Ataukah memiliki pekerjaan tetap, ataukah dikenal banyak orang, ataukah senang pada yang dilakukannya, ataukah masuk surga, ataukah mendapatkan keridhoan sang pencipta, ataukah memiliki mobil tertentu, atukah berpengetahuan luas, ataukah akses terhadap sesuatu, ataukah mendalami agama tertentu, ataukah mempunyai kekuasaan, ataukah memiliki kekayaan tertentu, atukah memiliki pendamping hidup idaman, ataukah menguasai ilmu tertentu, ataukah memenangi dari setiap perlombaan, ataukah …………masing-masing dari kita tentulah memiliki tujuan final dalam menjalani kehidupan.
Kemudian yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah apakah seseorang terlahir dengan tabularasa atau dengan takdir. Apabila kita hidup dalam lingkungan yang meyakini adanya ketetapan yang telah ditetapkan dalam kehidupan, tentulah kita memiliki paradigma yang berbeda apabila kita hidup dalam lingkungan bahwa kita terlahir dalam kondisi kosong bagaikan kertas putih.
Apakah aku berlari mengejar kebahagiaan ataukah aku mencari kebahagiaan?
Mencari, mengindikasikan petanda bahwa kita tidak mengetahui ke-berada-an kebahagiaan. Kita hidup dalam dikotomi dan alegori luas kebudayaan. Kita mencari, apa sesuatu yang bahagia itu untuk kita. Bagaikan mencari jarum dalam jerami, kita teliti, kita identifikasi, kita bolak-balik per batang jerami untuk mengetahui keberadaan sang jarum. Hal ini tentu lebih mudah, mengingat jarum adalah benda fisik yang mampu kita ukur, sedangkan kebahagiaan? Bahkan ketika kita sedang mengobok-obok tumpukan jerami, kita tidak tahu jerami mana yang menutupi jarum.
Mengejar mempostulatkan diketahuinya kebahagiaan. Kita berada di tepi laut dengan kerang putih di tangan, padahal kerang yang lain berserakan luas di depan kita. Seolah kita mengejar hadiah utama dalam suatu perlombaan. Tentunya kita telah mengetahui hadiah utama dalam perlombaan tersebut, sekali lagi kita mengetahui hadiah utama tersebut, terlepas itu fisik maupun psikis.
Kita mendapatkan bahwa mencari dan mengejar bukanlah suatu tahapan dalam mendapatkan kebahagiaan. Mereka berdiri sendiri dengan deretan konsekuensi yang melekat. Entitas ke-ada-an ini memberikan keniscaayaan dalam mendapatkan kebahagiaan. Apabila ada seratus manusia, maka akan ada seratus jalan untuk menuju pada hakikat manusia.
Atau Mengejar kebahagiaan?
Atau Mencari kebahagiaan?
Mungkin yang lebih penting adalah kita telah mengetahui mengenai kebahagiaan. Bukanlah kebahagiaan yang diberi atau kebahagiaan yang dibuat. Melainkan kebahagiaan yang kita raih dalam visi kita.

salam
Dunia adalah komedi bagi orang yang berfikir, dan tragedi bagi orang yang berperasaan ()


Nb:
Selamat ulang tahun
Kini usia kamu bertambah satu tahun dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tentunya kau ingat hukum kedua Newton kan, “setiap aksi akan diikuti reaksi yang sama besar, tetapi berlawanan arah”. Seiring bertambahnya usia kita, kita juga mengalami berkurangnya usia kita. Entah tiap tahun kita tambah umur atau berkurang umur. Tetapi setidaknya kita harus optimis bahwa kita hidup dalam kehidupan dinamis yang membawa kita pada visi semesta. Tiap diri kita tentulah membawa misi untuk kembali. Sejarah tidak akan terulang, tetapi sejarah akan terjadi lagi sebagai manifestasi dari masa lalu. Ulang tahun mengingatkan kita akan kelahiran kita, dari siapa kita lahir, kenapa kita dilahirkan dari keluarga kita, dan kenapa kita dibesarkan dalam lingkungan kita.
Kini berapa usia kamu? Wah, tentunya saya tidak diperkenankan menyebut angka disini. Bagaimana kalau sedikit tebakan, kepala satu atau kepala dua, atau diantaranya. Tentunya ulang tahun bukan sekedar angka kan? Mungkin saya adalah sedikit dari temanmu yang menyampaikan selamat ulang tahun. Sedikitnya karena, ucapan itu tidak dikatakan secara langsung. Maaf kalau ucapan ini saya sampaikan lewat tulisan, itupun dengan asumsi kamu mengetahuinya. Apabila kamu tidak mengetahuinya, saya yakin orang yang kamu kenal dan kenal kamu dan sanggup menyampaikannnya, mengetahui tulisan ini. Untuk itu, tolong sampaikan kepadanya. Kini dari temanmu kau mengetahui tulisan ini, sekarang pertanyaan yang muncul adalah apakah kamu ma[mp]u membacanya. Terima kasih kamu telah membaca tulisan ini.
Alih-alih mengenai maaf, tolong, dan terima kasih, dalam suatu kesempatan waktu itu, kamu pernah memberikan tiga ucapan yang berasal dari seseorang, yakni; maaf, tolong, dan terima kasih. Secara luas memang diketahui bahwa sangat berat mengucapkan kata ini pada manusia-manusia di sekitar kita, atau bahkan sangat mudah mengucapkannya dengan nada “sekedar”.
Saya sebenarnya sudah membahas hal ini sekitar tujuh tahun yang lalu, sewaktu masih SMA. Apabila diijinkan saya akan membahasnya kembali (semoga), tetapi saya harus mengingat-ingat dulu, maklum seiring bertambahnya usia terkadang kita sering lupa terhadap suatu hal. Semoga kau juga demikian, atau seiring berjalannya usia kau sering ingat. Entah kau lupa akan sesuatu, entah kau ingat mengenai sesuatu, semoga itu yang terbaik bagimu.

salam
Selamat ulang tanggal, tiga hari setelah ibu mendapat ucapan selamat dari anak-anaknya.

0 comments:

Post a Comment