Ketika s[u]atu hari

Thursday 24 December 2009

Seiyanya alam menjadi acuan bagi peradaban manusia untuk menentukan perhitungan waktu untuk kebudayaannya. Matahari, bulan, bintang, angin, ombak, binatang, musim, dan pergerakan benda langit merupakan beberapa pedoman manusia untuk menetapkan - yang kita sebut - kalender.
Detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, dan tahun adalah batasan waktu yang dibatasi oleh angka, kemudian kita mengenalnya dengan tanggal. Beberapa manusia tentunya 'mengistimewakan' minimal satu hari (tanggal tertentu), sebagai peringatan akan sesuatu.

Ap(d)akah ulang tahun? saya lebih senang menyebutnya dengan 'ulang tanggal'
Ap(d)akah hari raya?
Ap(d)akah hari anti korupsi?
Ap(d)akah hari Batik?
Ap(d)akah hari AIDS?
Ap(d)akah hari Ibu?

Angka dalam kalender tentunya hanya sebuah pajangan dalam pemudahan sistem administratif. Batasan hari-hari tertentu, tentunya hanya sebuah pajangan dari peran sosial. Dan memperingati dari sebuah peringatan merupakan alienasi dari keterlibatan ingatan.
Sekali lagi kita membuat batas dari suatu batasan yang bersifat terbatas. Kita dipaksa untuk mengingat tanggal lahir kita, tetapi kita lupa akan kondisi kelahiran kita. Kita dipaksa untuk memperingati hari Ibu, tetapi kita lupa mengapa kita terlahir dari ibu kita.

salam
Selamat ulang tanggal, setelah dua hari saat ibu mendapat ucapan hari dari anak-anaknya, esok.