Probabilitas ke[men]jadian

Wednesday 3 March 2010

Apabila, suara yang mampu didengar manusia memiliki frekuensi 20 Hz – 20 KHz, gelombang radio memiliki frekuensi 200 MHz – 10 GHz, cahaya tampak memiliki frekuensi 100 THz – 780 THz, dan sinar X memiliki frekuensi 10 PHz – 10 EHz, maka benda yang mampu disentuh manusia seharusnya tidak bergetar. Tetapi apabila manusia mampu bergerak 100 THz, dapat dipastikan ia mampu menangkap petir. Benarkah?

S[u]atu waktu tentunya kita pernah merasakan (memahami dengan perasaan), saat kita memiliki keinginan, seketika itu juga keinginan tersebut hadir dengan proses yang mengesankan. Saat kita mempunyai acara, acara tersebut sukses dengan ketidaktahuan rasional. Saat kita teringat teman lama (jauh), kurang dari 24 jam kita bertemu dengannya. Kita menyebutnya, kebetulan.

Tetapi kita juga pernah mengalami, ketika dalam suatu diskusi, tiba-tiba kita lupa terhadap hal yang kita bicarakan. Ketika kita mengadakan outbond, secara tiba-tiba hujan dan angin datang dengan kencangnya. Ketika kita bepergian, roda kehilangan tekanan udaranya. Dan ketika kita sangat membutuhkan alat elektronik untuk suatu hal, tiba-tiba terjadi ketidakwajaran dalam peralatan elektronik tersebut. Akankah kita masih menyebut, kebetulan?

Kebetulan, kita sering mengungkapkan kata ini sendirian, bahkan terkadang ditemani senyuman. Acapkali kita menganggap koinsidensi dengan menggeli[sah]kan, tertopang apakah mengafirmasi atau menegasi dengan harapan kita. Tetapi juga harus kita sadari, fenomena tersebut tidak terjadi an sich pada diri kita, melainkan terkoneksi dengan yang lain. Posisi ini menjadikan kita mengamini terhadap mysterious coincidences.

Alih-alih konektivitas yang luas, fenomena ini menunjukkan adanya suatu blue print akan sesuatu. Suatu misi terhadap visi yang universal. Tentu saja, hal ini diakibatkan karena kita bukanlah makhluk tunggal yang menghiasi hidup dan kehidupan.
Apakah kebetulan merupakan lema yang berlawanan dengan perencanaan?


salam
Hal itu bukanlah sesuatu yang dapat dikatakan kepadanya, ia harus mencari untuk dirinya sendiri

0 comments:

Post a Comment