ziarah ke sejarah

Tuesday 9 March 2010

Kita mendapati, 2660-an tahun yang lalu, logos menempati posisinya dalam menggantikan mitos. Pemilihan dan pemilahan terhadap hal ini dilakukan hingga kekinian. Dimulai dengan sebuah pertanyaan, (dan diakhirikah dengan sebuah pertanyaan juga?) sang bayi belajar merangkak. Dalam perangkakannya dia diklasifikasikan dengan sangat jenius terhadap bidang-bidang permasalahan yang berkaitan dalam arus besar pemikiran manusia. Dan disertai dengan peran manusia dalam hidup dan kehidupan, sang bayi belajar berjalan. Sekitar 610 tahun yang lalu, sang bayi belajar berlari dengan menggenggam sebuah alat yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Ketika masih merangkak sang bayi tidak bisa jauh-jauh dari ibunya. Sang bayi selalu bertanya pada ibunya, siapa dia? apa perannya? mengapa dia ada? bagaimana yang seharusnya? kapan dia lahir? dan dimana lingkungannya? Tentu saja, karena ia masih dekat dengan ibunya, dia mendapatkan jawaban yang penuh dengan kebijaksanaan. Situasi dan kondisi yang ia alami masih sejauh ia merangkak.

Sang bayi-pun berjalan, dan dia mulai berteman dengan berbagai kebaikan dan keburukan dalam pertemanannya. Kini ia agak jauh dengan sang ibu. Awalnya di luar rumah, kemudian berjalan sampai di luar keluarga, dan berjalan lagi entah kemana. Sang bayi menemukan kepastian dalam hal-hal yang dikaji manusia, tetapi ia juga menemukan kesosialan dalam bidang manusia, ditambah lagi dengan kebudayaan dalam peran manusia. Dalam ke-berjalan-annya (bukan perjalanannya) sang bayi berkembang dengan rasionalitas dan fungsionalitas. Tetapi sang ibu mampu mengejarnya, dan memberikan sang bayi minum dikala dia haus.

Sang bayi sudah bisa berlari dengan kencangnya, sang ibu tidak mungkin untuk mengejarnya. Ibunya hanya bisa melihat, anaknya berlari dengan alat-alat kebutuhan manusia. Kini sang ibu tidak mampu memberi minum anaknya. Dengan alat-alat ditangannya sang bayi merasa mampu menguasai segalanya. Dalam keber-lari-annya (bukan pelariannya) dia banyak meninggalkan jejak - dan jejak yang ditinggalkannya saat ia berjalan - berlari pada arah yang berbeda dan dengan tujuan yang berbeda. Sang bayi kini tidak utuh lagi, dirinya terbagi dalam visi kehidupannya.

Dia haus, dia telah meminum samudera ilmu pengetahuan. Dia mampu menciptakan apapun yang dia butuhkan, tetapi dia tidak mampu membutuhkan apa yang dia ciptakan. Dia mampu menjalani kehidupan, tetapi dia tidak mampu menghidupi perjalanannya.


salam
Orang yang tidak mengejar apa-apa akan mendapatkan segalanya, dan ketika ia membuang ego, alam semesta itulah yang akan menjadi ego-nya ()

0 comments:

Post a Comment